Refleksi Ridwan Faridz
Diawal kemunculannya, Modernitas membawa angin segar perubahan bagi umat manusia. Hal ini memang tidak berlebihan, karena modernitas hadir bukan tanpa perbekalan (konsep) yang matang untuk melakukan sesuatu yang beda dari sistem sebelumnya. Pada awalnya modernitas hadir sebagai respon atas sistem dalam kehidupan manusia yang mereka (Penganut) anggap tidak memanusiakan manusia, inilah angin segar itu sehingga pada saat itu negara-negara lain berbondong-bondong berkiblat pada negara pencetus modernitas tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukannya berbagai tekhologi, memudarnya doktrinasi gereja,runtuhnya rezim otokrasi, berkembangnya demokrasi, kebebasan berekpresi, kebebasan memiliki kekayaan, globalisasi, merupakan hasil dari jerih payah modernitas yang mereka anggap sebagai sebuah kemajuan dan keberhasilan dari sistem baru ini. Bahkan seorang pemikir Francis Fukuyama sampai-sampai berani menyatakan bahwa sistem yang di telorkan dari modernitas adalah The end of History. Dimana kapitalisme dianggap sebagai puncak dari sistem ekonomi dunia dan demokrasi dianggap sebagai akhir dari sistem politik dunia begitu juga dalam bidang kehidupan lainnya semuanya berporos pada produk modernitas..
Dalam tulisan ini sendiri, penulis hanya akan menyoroti salah satu produk modernitas yang paling berperan besar dalam merubah kehidupan manusia dan saat ini sedang dipertanyakan eksistensinya yaitu sistem ekonomi kapitalisme.
Kapitalisme sebagai anak haram modernitas merupakan inti dari sistem ekonomi yang diusung penggagas modernitas. Sistem kapitalisme ini muncul sebagai counter dari sistem ekonomi sosialis-komunis yang di usung Uni Soviet dan konco-konconya. Kapitalisme hadir dengan semangat baru dimana individu diberikan peluang seluas-luasnya untuk dapat memiliki kekayaan dan bersaing secara bebas. Hal ini berbanding terbalikk dengan sistem ekonomi sosialis dimana peran individu sangat kecil karena semuanya di monopoli oleh negara. Hatta menurut para penganut kapitalisme, sistem ekonomi sosialis adalah sistem ekonomi yang membunuh karakter manusia. Sementara kapitalisme adalah sistem yang sesuai dengan karakter manusia.
Amerika pun gigit jari?
Tesis fukuyama tentang “akhir sejarah” yang menyebutkan bahwa kapitalisme adalah puncak dari sistem ekonomi dunia, akhirnya terbantahkan oleh realitas, dan dalam hal ini Ibnu Khaldun seorang sosiolog dan sejarawan Islam dapat tersenyum lebar karena tesisnya yang ternyata lebih bisa bertahan. Khaldun menyatakan bahwa sejarah manusia seperti putaran roda senantiasa berganti dan tidak ada yang abadi-meminjam istilah peterpen.
Fenomena yang menarik dewasa ini adalah terjadinya krisis multidimensi, wabilkkhusus krisis ekonomi dunia. Akibat krisis ini banyak negara yang mengalami keguncangan hebat. Bahkan negara-negara maju sekaliber Amerika pun harus gigit jari terkena dampak krisis global ini. Betapa tidak, Amerika yang selama ini di kenal sebagai Mpu-nya, mbah-nya dan kiblat dari modernitas (Kapitalisme) akhirnya harus merasakan ulah dari produknya sendiri. Bagi yang tidak suka dengan Amerika menyebutnya dengan “senjata makan tuan”. Kapitalisme amerika yang dibanggakan akhirnya berujung pada krisis global dan kebangkrutan korporasi-korporasi besar di negara adidaya tersebut.
Fenomena yang tidak kalah menariknya dari krisis ekonomi tersebut adalah sikap pemerintah Amerika dalam merespon ancaman tersebut. Sikap yang diberikan pemerintah seperti menelan ludah sendiri. Bagaimana tidak sistem kapitalisme yang mereka anut selama ini, sangat membatasi peran pemerintah dalam ekonomi karena pihak swasta diberikan kebebasan untuk bersaing. Namun, ternyata Amerika kewalahan dengan aturan seperti itu ketika pihak swasta banyak melakukan korupsi dan menyebabkan crisis yang berdampak global. Sehingga akhirnya pemerintah menasionalisasi perusahaan-perusahaan besar yang terancam bangkrut tersebut. Jika kita amati sejarah, apakah tidak berlebihan apabila kita menyamakan apa yang dilakukan Amerika ini sebagai duplikat dari Stalin (sosialis) dimana ketika terjadi nasionalisasi besar-besaran pada ujungnya pemegang ekonomi terbesar adalah negara. Maka, lambat laun sistem ekonomi Amerika akan. berevolusi dari kapitalis ke sosialis (Kapaitalisme Negara) again…apa tidak malu?
Mencari Akar, Menemukan Tunas?
Jika kita teliti lebih jauh hal ihwal penyebab krisis ekonomi ini, maka akan ditemukan akar penyebab krisis tersebut. Setidaknya ada dua haluan besar yang menyebabkan krisis ini terjadi. Haluan pertama, berpendapat bahwa yang menyebabkan krisis ini adalah murni human eror (Kesalahan manusia) dimana manusia terlalu rakus dan tidak memikirkan kepentingan umum. Sementara haluan kedua berpendapat bahwa yang menyebabkan kerusakan ekonomi dunia sekarang adalah sistem ekonomi kapitalis.
Kita boleh setuju boleh tidak dengan kedua haluan ini, Namun bila kita cermati, maka permasalahan utama bukan berada pada manusia tapi pada sistem yang membangun karakter manusia tersebut.
Berangkat dari hal ini, maka perekonomian dunia saat ini membutuhkan sebuah solusi baru, sebuah sistem baru yang mampu menggantikan sistem kapitalis yang merusak juga bisa menggantikan sistem sosialis yang menindas. Apakah sistem ekonomi Islam mampu muncul kepermukaan sebagai solusi?...kalau iya, sistem ekonomi islam yang bagaimana?..jangan-jangan hanya akan mengulang kekacauan sejarah….Tapi bagaimanapun semoga Islam menajdi tunas baru, menjadi kiblat dalam arti sesungguhnya…tentu saja. SEMOGA!!
Wallohu'alambishawab
*Tulisan ini hanya refleksi saja, jika ada kesamaan dalam hal apapun itu karena disengaja..he..he…
*Penulis adalah Alumni Pesantren IMM UIN SGD Bandung 2008..
Tegal Laka-laka : Superpositive Traveling (Bag. 2)
8 tahun yang lalu
1 komentar:
Mana yang bagus antara kapitalise dan sosialisme, atau komunise? oh, iya, kenapa amerika mudah menguasai dunia, padahal dunia juga tahu, bahwa amerika tidak sebaik namanya?
Posting Komentar