Selasa, 16 Juni 2009

Flu

Oleh Cecep el-Khayali

Sakit flu membut saya sulit untuk beraktivitas. Apalagi, sekarang saya sedang melaksanakan UAS. Padahal, dua hari yang lalu saya telah menghabiskan dua tablet obat flu. Itu pun atas saran sahabat saya. Sebenarnya, saya mau menghindari semua obat warung maupun obat apotek. Namun, daya saya tak sampai untuk menghindarinya.

Tekadang, saya ketika dilanda semacam flu, hal pertama yang saya lakukan adalah mengambil sapu tangan atau yang sejenisnya. Karena kalau tidak seperti itu, ketika saya batuk,bersin,maka segala kotoran akan keluar secara sembarangan. Bagi saya, flu membuat tidak nyaman dan bekerja pun menjadi kurang konsentrasi. Sedikit-sedikit, ketika air yang ada di hidung saya hendak keluar, maka saya sudah siap membuat tarikan kencang.”Srekk…srek..

Dengan seperti itu, saya agak sedikit nyaman. Karena berhasil melampiaskan sekaligus membuang jauh-jauh segumpal penyakit. Memang terlihat kurang sopan bagi sebagian orang, namun bagi saya, hal seperti itu adalah seperti kembali ke masa kecil. Tak apalah, hitung-hitung bernostalgia dengan masa lalu. Tapi, ingat, bukan berarti saya kekanak-kanakan. Tidak sama sekali.. Sumpah!!

Itu semua saya lakukan atas dasar kesadaran pribadi, dan tidak membawa organisasi manapun atau pun dari partai tertentu. Sekali lagi tidak!! Karena jika saya tidak melakukan itu pun, saya tetap akan menuliskannya. Tentunya sebatas pengetahuan saya. Misalnya, Anda tidak bisa mengukur sejauh mana pengetahuan saya, maka Anda cukup berimajinasi tentang saya. Anda harus merasa yakin itu.

Flu memang sebuah problem. Problem ini akan berlanjut jika kita kurang perhatian terhadapnya. Apapun butuh perhatian di dunia ini. Tanpa perhatian, seorang Gadis yang lagi kasmaran, akan merasa hampa, dan akhirnya terputus tanpa status. Begitu pun dengan yang namanya flu, sangat butuh untaian perasaan dan sumbangsih, tentunya dari pihak yang terkena gejala flu.

Maaf sekali lagi, sudah saya katakan sebelumnya, bahwa dua hari yang lewat, saya sudah menelan dua pil Sanaflu. Tapi, flu yang ada, belum juga beranjak pergi. Saya hanya berbaik sangka saja,”oh..ternyata masih betah dengan saya, Dia belum mau pindah ke lain hati,”. Itu saja yang saya ucapkan. Tidak banyak. Bagi saya, lebih baik berkata sedikit dari pada berkata banyak tidak juga sembuh. Nah, selama dua hari itu, ibaratnya saya sedang terkena sindrom. Saya pun kurang mengerti apa itu makna sindrom. Ketika kata itu melintas di kepala saya, saya langsung menuliskannya. Karena kalau berlama-lama berpikir kata apa yang terbagus yang ingin saya tulis, maka sulit bagi saya meneruskan sebuah tulisan. Kalau tidak percaya, silakan coba!!

Kembali ke masalah yang sedang saya alami saat ini. Flu. Jangan sekali-kali menganggap enteng tentang flu. Sering orang selintas berkata,”Wah..hanya flu!”. Mudah sekali mengatakan seperti itu, mungkin saja, kebetulan orang itu, kurang menghayati apa yang sedang terjadi pada orang lain. Istilahnya, kurang begitu empati. Menghadapi tipe orang yang semacam ini, perlu kesabaran exstra. Saya pun kurang begitu yakin kalau anda, misalnya, kebetulan terkena flu kemudian ada salah satu teman anda ada yang mengatakan seperti di atas, lantas anda tidak tersinggung dengan ucapannya.. Yang pasti, perasaan sakit hati itu ada.

Sekarang tingggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita menganggapnya sebagai angin lalu saja, kemudian tanpa berpikir negatif untuk membalasnya. Atau malah kita memasang strategi jitu untuk membalasnya. Hingga anda merasa, dalam perasaan anda,”saya pun bisa menghina seperti itu!”. Akhirnya, kontrol emosi anda pun tidak terkendali lagi. Kata-kata yang ada di kebun binatang Ragunan pun diumbar bebas. Adu fisik terjadi. Anda salah, mereka pun kurang mengerti.

Memang sulit untuk bertindak bijak. Apalagi dalam keadaan yang sangat tertekan sekali pun. Perlu kontrol emosi, perlu berpikir dalam, tentang apa yang akan terjadi setelah kita bertindak. Ini hanya persoalan flu, belum yang lain. Padahal, kalau kita sadar, persoalan yang lebih berat sedang menunggu di luar sana. Mungkin ada baiknya jika saya mengutip sebuah mahfudzat yang mengajarkan kebijakan. Begini kira-kira dalam bahasa Indonesianya,”Berpikirlah sebelum anda bertindak”.

Kalimat itu memang diketahui sebagai pisau kebijakan. Kalimat itu pun tidak bermakna bijak, jika kita dalam segala tindakan kurang memperhatikan aspek berpikir jernih. Saya pun sungguh menyadari, persoalan apapun, seringan, dan seberat apapun, semuanya butuh proses. Proses yang baik, saya meyakini hasinya pun akan baik. Kita jadikan flu sebagai guru kebajikan dan kebijakan.

5 komentar:

Sukron Abdilah on 16 Juni 2009 pukul 05.37 mengatakan...

hmmm...menarik fisik dan jiwa tentunya saling berkelindan. kebijakan dan kebajikan adalah dua hal yang dihasilkan karena ada kesatuan antara fisik dan jiwa: Sehat tea.

Pena IMM on 16 Juni 2009 pukul 05.39 mengatakan...

wihhh... bagus cep, tulisnanya saya suka.... kamu menyebutnya ini, jenis apa? essay, cersing, atau serpen, atau sajak, atau curhat... atau refleksi?...

ipex on 16 Juni 2009 pukul 05.56 mengatakan...

tidak pernah terpikir oleh kita semua akan terbebaskan diri dari kerumitan masalh yang terus menjadikan diri tersiksa baik fisik maupun mental, sebaik-baiknya manusia takan terlepas dari masalah yang harus direnungkan bagimana kita meyelesaikan masalah itu tidak jarang semua yang mempunyai kepusingan mengambil jalan pintas baik denagn membuat dosa atau melakukan kejahatan sebagi bentuk pelampiasan masalah, padahal jelas-jelas itu bukan solusi masalah malah menambah masalah baru yang semakin diri terpuruk.
ketiaka saya menjalankan tugas sebagai penanggung jawab oraganisasi saya berusaha menciptakan kesan yang membuat mereka puas akan kinerja saya, tapi semua rencana tidak akan jalan mulus pasti ada proses yang harus dilalui. kegiatan dari awal saya akui banyak kekurangan yang menghambat terciptanya keinginan panitia, dari masalh Kamar mandi yang terbuka dan air yang kurang tapi saya coba mencari jalan keluar agar tidak menghambat dengan cara memberikan waktu untuk kerumah saya untuk memenuhi keperluannya, tapi bukan itu saja yang menjadi kendala ketiak pemateri tidak bisa datang dan otomatis peserta banyak yang mengeluhkan akan acara yang dibawakan oleh saya, saya berusaha lagi dengan mencari pemateri lokal untuk mengisi aca

ipex on 16 Juni 2009 pukul 05.57 mengatakan...

siapa yang tahu akan hari esok, ada pepatah mengatakan sesuatu yang paling jauh dari kita adalah masa lalu, kesedihan pasti berbarengan dengan kesenangan orang yang benci pada kita, apalah guna kita memarahi diri, kesalahan bukan suatu impian yang diinginkan oleh setiap orang tapi mengharapkan perbaikan yang menjadi diri berusahan melihat kedepan bukan kebelakang,, sekarang kesenagan hadir dari bentuk yang lain mungkin bukan yang direncanakan buat kita tapi jangan menghindari dari kesalahan, N Q minta maaf waktu hari rabu pagi Q buat N bukan tenang tapi makin sedih semakin sedih setelah ditinggalkan HP yang awalnya N gak mau-bekas kaka- tapi Q gk bisa memberikan HP baru, yang pasti Q juga sedih karena musibah kena ke diri N, tabah ya.... Q ingin hari N bukan kesedihan yang meciptakan tetesan air mata, karena sangat berarti setiap butiran air yang tercipa dari keajaiban,,, senyuman yang pasti membaut N bangun dari yang tidak seharusnya memikirkan kesedihan biarkan saja kesediahn hanya lewat di diri N, Q dari sekarang ada sisi yang bukan lagi Q yang dulu tapi pasti setaip perubahan membuat kebaikan dan keburukan,,, kebaikan Q selalu berpikir positif buruknya terlalu berlebihan untuk merealisasikan cinta. N maaf Q ya...... N yang Q sayang, hari ini bukan hari sial tapi ujian yangmesti dijalani dengan kesabaran bukan kebinggunagn penantian dari yang pasti tidak akan terjawab, kembalikan diri N pada yang seharusnya gak harus,, lebih dekatkan lagi kejauhan diri kepada sang maha perkasa.... kepengen mah mainggu ketemu tapi kalau gak tersisa waktu baut Q ya gak membuat Q sedih banget tapi Q kangen pengen tau fisik N setelah banyak nasehat yang seharusnya dijalankan tapi sedikit yang dikerjakan jadi akibatnya banyak penyakit baut N sakit,,, berat badan N menurun bukan bertambah.... uadah dulu ya..

ipex on 16 Juni 2009 pukul 05.59 mengatakan...

kekasih, hari ini aku memikirkan keberadaan mu
apa yang selalu membuat keraguan dengan keberadaan ku
kini waktu dan ruang kita tidak bisa bersama
hanya memimpikan hari esok yang indah dengan rencana untuk bertemu
kapan kita meyadari bahwa hari-hari yang dilewati selalu indah
bersama mu sehari adalah kenangan yang belum pernah dirasakan
maaf dengan ketidak dewasan aku membuat kamu ketakutan akan bukti cintaku
kini kita menjalani seakan-akan harus menyadari bahwa kita seperti ini
sekian lama semakin dirasakan haruskah seperti in terus-menerus
pasti kamu pun tidak ingin memahami kebaodoahn diri ku ini
setiap kali bertemu hanya maaf, itu bukan suatu penyelesai
apalah daya orang yang menjadikan diri semakin mencintaimu
ini lah yang tercipta, dan inilah diri yang seharusya bisa mengerti
bukan suatu pelampiasan yang dilihat dengan begitu saja
penyakit yang membuat ketakutan diri ketidak bisaan memiliki
sayang, kapan pun keberadan mu satu yang selalu membuat aku tenang
kesetaian yang terpancar dari ketulusan sebagi seorang wanita
mudah-mudah tidak menghukum daengan ketidak dewasanku

Posting Komentar

 

e-Buletin Pena IMM Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template