Minggu, 21 Juni 2009

Sajak: Puisi Frida Firdiani

jeritanku parau tanpa kendali

jeritanku parau tanpa kendali
hati ini tak mengijinkanku untuk pergi
haruskan aku berlari tanpa arti
kini senyuman itu tiada abadi

adakah alasan agar aku tak harus bertanya
agar gundahku tak lagi menerpa
kini keabadianku hilang bersama senja
meski cintamu tiada henti sepanjang masa

arahku seolah terhapus
harapanku perlahan terputus
sebelah hati kini telah pupus
dan kisah itu seolah padang tandus

kau bertanya alasan aku semakin tak tahan
suatu bukti bahwa kau tidak berperasaan
waktumu habis termakan sangkaan
dan kenangan itu adalah kebinasaan

perlahan luka ini ku nikmati
karna padam tak berarti mati
ku coba susun kepingan hati
agar kesakitanku lekas pergi

2 komentar:

ipex on 28 Juni 2009 pukul 08.16 mengatakan...

setiap pergi tak pasti kembali
diri ku tak menjadi berarti
saat semua harus pergi kemana aku lagi
perpisahan bukanlah yang mengakhiri

salam ketidak pastian ketemu kemnali
esok yang belum terjelang janganlah bermimpi
raihlah dengan diri sendiri
karena lahirmu hanyalah sendiri

salam buat perpisahan ini
jangan menangis akupun mengerti
jika waktu ku temui
ku tak peduli yang telah dilalaui

berjanjilah aku akan datang menghadiri
jangan kau selalu menghindar coba berlari
pergi mu ku takuti tak untuk kembali
cepatlah kita akhiri

aku ingin selalu sendiri

Anonim mengatakan...

Sajak yang melankolis....saya pun ikut terhanyut oleh kedalaman kata-katanya..apalagi, sang penulis adalah seorang wanita.

Tapi, jika lelaki yang menulisnya, entahlah.....

Posting Komentar

 

e-Buletin Pena IMM Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template