Minggu, 14 Juni 2009

Protes Manusia Pada Tuhan

Oleh CECEP KOMET

Suara musik begitu mengguncang tempatku sedang nge-Net. Sedang di luar sana rintik hujan terus mengguyur disertai lalu lalang kendaraan bermotor. langit tak henti-hentinya mengeluarkan kerlipan cahaya, tanda sang pemilik sedang mengintai. Aku disini mangeja kata-kata, menumpahkan seluruh kekuatan imajinasi yang begitu liar, seliar macan Tutul.

Entah ada apa denganku. Hati begitu menggebu, menuruti nafsu yang terus menyerbu. Hentakan jari terus berlangsung meski pikiran sedikit kacau dengan perasaan. Perasaan yang sedari tadi belum terlaksana karena gelora jiwa sempat terhenti.

Rintik hujan belum juga berhenti. Apa maunya ini ? mau menyiksa umat bumi ? memang sudah selayaknya begitu. umat sudah mulai ingkar dengan janji-Mu!. Eh, belum juga hujan usai, kenapa ?

Malang nian nasibmu hai penghuni Bumi. Sebentar lagi sekumpulan rintik itu akan melumatmu tanpa ada yang tesisa. Mau kemana ? Aku akan terus menghadang Tuhan !. Tuhan yang mana ?? Tuhan yang mana-mana..

Tuhan hanya akan menyelamatkan yang putih menurut kata hati Tuhan. Tak ada kompromi lagi-lagi negoisasi. Kata Tuhan “suci”, maka suci. Kata Tuhan ” abu-abu “, maka abu-abu.

Hidup adalah sebuah rentetan skenariao, yang harus dijalani sesuai rasio. Panggungnya adalah alam. Babak terakhir ada dua: pintu suci dan pintu abu-abu.

1 komentar:

Pena IMM on 17 Juni 2009 pukul 10.14 mengatakan...

Astaghfirullah... ka Tuhan mah teu menang protes...
eh, Tuhan mana yang anda maksud? tuhan kan banyak?...

Posting Komentar

 

e-Buletin Pena IMM Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template